Archive for Januari 28, 2011


 Jumat, 28 Januari 2011 22:15

ditulis kembali oleh : Achyars.

Keramat Tanjung Priuk yaitu Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, Dilahirkan di Ulu, Palembang, Sumatra Selatan pada tahun 1727 M. Beliau belajar ilmu agama pada ayahandanya dan kakeknya. Meningkat usia dewasa Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad , Hijrah ke Hadramaut (Yaman Selatan), meneruskan datuknya yaitu Al Habib Abdullah Bin Alwi Al Haddad, yang dikenal dengan sebutan Shohibul Ratib Al Haddad. Beliau menetap di Hadramaut beberapa tahun lamanya, kemudian beliau kembali ketempat kelahirannya di daerah Ulu, Palembang, Sumatra Selatan.

Pada tahun 1756 M, dalam usia kurang lebih 29 tahun, Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, pergi ke pulau Jawa bersama Habib Ali Al Haddad, dan 3 orang azam, dari Palembang dengan menggunakan perahu. Adapun maksud dan tujuannya ingin mensyiarkan agama Islam dan sekaligus berziarah ke beberapa tempat diantaranya ke Luar Batang (Al Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus), Cirebon (Sunan Gunung Jati), dan terus sampai ke Surabaya (Sunan Ampel). Ketika akan berangkat ke pulau Jawa, Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad atau Mbah Priuk, diserang dan dikejar-kejar oleh tentara Belanda, akan tetapi tidak satupun peluru dan senjata meriam yang mengenai perahunya, dan dalam serangan tersebut tidak terjadi apapun pada diri Mbah Priuk, dan yang lainnya, Sehingga akhirnya tentara Belanda itu pun menghentikan serangannya.

Hal ini merupakan bukti karomah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, Beliau adalah seorang wali allah yang mengabdikan hidupnya hanya mensyiarkan agama Islam didalam menegakkan kalimat tauhid dari tanah kelahirannya hingga sampai keluar daerah (pulau Sumatra, Jawa dan yang lainnya).

Dalam perjalanan kurang lebih 2 bulan lamanya, Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, singgah dibeberapa tempat ketika sedang perjalanan, perahu tersebut beserta rombongannya dihantam badai dan ombak yang disertai hujan yang sangat deras, sehingga semua perbekalan yang ada didalam perahu terhambur dan terlempar semua, adapun yang tersisa hanyalah beras yang tercecer beberapa liter saja, dan alat menanak nasi (priuk). Untuk menanak nasi saja beliau menggunakan kayu bakar dengan petak-petak perahu gagang dayung pun digunakannya. Lalu ketika perbekalan habis jubah beliau dimasukan kedalam priuk lalu beliau berdoa ketika dibuka jadilah nasi dengan karomahnya Mbah Priuk.

Beberapa hari kemudian datang lagi badai dan ombak yang lebih besar disertai dengan hujan dan guntur yang menggelegar, sehingga perahu pun tidak dapat lagi dikendalikan dan akhirnya perahu beliau karam (terbalik). Kejadian tersebut mengakibatkan meninggalnya 3 orang dari azami. Adapun Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, dan Habib Ali Al Haddad, Selamat lalu dengan susah payah beliau berenang untuk mencapai perahu yang dalam keadaan posisi terbalik.

Makam Keramat yang Berada di Terminal Peti Kemas, Tanjung Priuk

Kemudian diatas perahu itu Beliau dapat melaksanakan shalat berjamaah dan dilanjutkan dengan berdoa. Didalam kondisi yang sudah lemah, kurang lebih 10 hari lamanya tidak makan, sampai akhirnya beliau jatuh sakit dan tidak dapat tertolong lagi oleh Habib Ali Al Haddad sehingga wafatlah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad.

Sedangkan Habib Ali Al Haddad, masih dalam kondisi lemah duduk diatas perahu bersama jenazah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad dan begitu juga priuk (alat memasak nasi) dan sebuah dayung yang masih ada itu terdorong oleh ombak, dan diiringi ribuan ikan lumba-lumba, sehingga akhirnya sampai ketepian pantai menanjung.

Asal Mula Nama Tanjung Priuk

Rupanya semenjak kejadian itu terjadi, ditepi pantai ada beberapa orang yang melihat dan menyaksikan kejadian tersebut, sehingga ketika perahu mendarat ditepi pantai mereka langsung menolongnya, hingga dengan pertolongannya, diantara mereka itu ada beberapa pekerja (kuli) yang berasal dari banten dengan segera jenazah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad dimakamkan, sebagai tanda batu nisan yang dtancapkan dibagian kepalanya adalah dayung yang sudah pendek dan dibagian kaki ditancapkannya sebatang kayu kecil sebesar lengan anak kecil yang kemudian tumbuh menjadi pohon tanjung.

Adapun priuk nasinya ditaruh disisi makam, konon ceritanya priuk tersebut lama-lama bergesar dan akhirnya sampai ke laut. Dan banyak orang bercerita bahwa 3 atau 4 tahun sekali priuk itu timbul di laut dengan ukuran sebesar rumah adanya. Diantara orang yang menyaksikan kejadian itu adalah perwira TNI yang bernama Ismali yang berpangkat Sersan Mayor tatkala ia sedang bertugas diwaktu tengah malam, dia melihat langsung priuk tersebut.

Dengan sebab kejadian tersebut, maka banyak orang yang menamakan bahwa daerah itu, dengan sebutan Tanjung Priuk dan ada juga dengan sebutan Pondok Dayung yang artinya Dayung Pendek (dialog bahasa sunda). Setelah beberapa bulan lamanya Habib Ali Al Haddad menetap didaerah itu, lalu melanjutkan perjalanannya sampai ke pulau Sumbawa hingga menetap selamanya disana.

Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad atau Keramat Tanjung Priuk setelah kurang lebih 23 tahun dimakamkan, pemerintah Belanda pada saat itu ingin bermaksud membangun pelabuhan didaerah itu. pada saat pembangunan berlangsung banyak sekali kejadian yang menimpa ratusan para pekerja (kuli) dan opsir Belanda sampai menjadi bingung dan heran atas kejadian tersebut. Dan akhirnya menghentikan pembangunan yang sedang dilaksanakan.

Rupanya pemerintah belanda masih ingin melanjutkan pembangunan pelabuhan tersebut. dengan cara pengekeran dari seberang (yang sekarang dok namanya), alangkah terkejutnya pemerintah Belanda saat itu, ketika dilihat makam itu ada orang yang sedang duduk berjubah putih sedang memegang tasbih. Maka dipanggil beberapa orang mandor oleh pemerintah Belanda untuk membicarakan peristiwa tersebut, yang akhirnya didapatkan kata sepakat yaitu untuk mencari orang yang berilmu, yang dapat berkomunikasi dengan orang yang berjubah putih tersebut yaitu Habib Hasan Bin Muhamamd Al Haddad, Akhirnya mereka bertemu dengan seseorang yang dimaksud yaitu orang berilmu (seorang kyai) untuk melakukan khatwal. Alhasil diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 

1. Apabila daerah (tanah) ini, akan dijadikan sebagai pelabuhan olah pemerintah belanda, tolong sebelumnya pindahkanlah saya terlebih dahulu dari tempat ini.

2. Untuk memindahkan saya tolong hendaknya hubungi terlebih dahulu adik saya yang bernama Habib Zein Bin Muhamammad Al Haddad yang bertempat tinggal di daerah Ulu, Palembang, Sumatera Selatan.

Akhirnya pemerintah Belanda menyetujui atas permintaan Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad (dalam khatwalnya), kemudian dengan menggunakan kapal laut mengirim utusannya termasuk orang yang berilmu tadi (seorang kyai), untuk mencari Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad.

Didalam pencariannya sangat mudah di ketemukan sehingga dibawalah langsung Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, ke pulau Jawa untuk membuktikan kebenarannya. Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, dalam khatwalnya membenarkan ” Ini Adalah Makam Saudaraku Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad yang sudah lama tidak ada kabarnya.”

Selama kurang lebih 15 hari lamanya Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, menetap untuk melihat suasana dan akhirnya Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, dipindahkan di jalan Dobo yang masih terbuka dan luas, dalam proses pemindahan jasad Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, maih dalam keadaan utuh disertai aroma yang sangat wangi, sifatnya masih melekat kelopak matanya bergetar seperti orang hidup.

Makam Mbah Priuk

Setelah itu Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, meminta kepada pemerintah Belanda agar makam Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, itu dipagar dengan kawat yang rapih dan baik, serta diurus oleh beberapa orang pekerja untuk mengurus makam tersebut. Akhirnya pemerintah Belanda memenuhi permintaan Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad itu.

Setelah permintaan dipenuhi Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad meminta waktu 2 sampai 3 bulan lamanya, untuk menjemput keluarga beliau yang berada didaerah Ulu, Palembang, Sumatera Selatan. Untuk kelancaran penjemputan pemerintah Belanda pun memberikan fasilitas kepada beliau. Dalam kurun waktu yang dijanjikan Habib Zein Bin Muhammad Al Haddad, kembali ke pulau Jawa dengan membawa keluarga beliau.

Didalam kejadian pemindahan jenazah Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad tersebut banyak orang yang menyaksikan diantaranya :

1. Al Habib Muhammad Bin Abdulloh Al Habsyi

2. Al Habib Ahmad Dinag Al Qodri dari gang 28

3. K.H Ibrohim dari gang 11

4. Bapak Hasan yang masih muda sekali pada masa itu.

5. Dan banyak lagi yang menyaksikan termasuk pemerintah Belanda.

Yang kemudian bapak Hasan itu, menjadi pengurus makam Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, yang kesemuanya pada saat sekarang ini sudah meninggal dunia. Merekalah yang menjadi saksi dan mengatakan bahwa jasad Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad, masih utuh dan kain kafannya masih mulus dan baik, selain itu wangi sekali harumnya.

Dipemakaman itulah dikebumikan kembali jasad beliau yang sekarang ini diwilayah pelabuhan PTK (Terminal Peti Kemas) Koja Utara, kecamatan Koja, Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Setelah Pemindahan makam, banyak orang yang berziarah ke maqom Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad tersebut, sebagaimana diceritakan oleh putera Habib Zein Bin Muhammad Al haddad, yaitu Habib Ahmad Bin Zein Al haddad.

Sumber: Majlis Ta’lim Dzikrullah

Jumat, 28 Januari 2011   22:00

Kisah ini terjadi ketika Nabi dan pasukannya sedang memerangi suatu suku Badui yang memusuhi kaum muslimin di Madinah.

Di sebuah padang pasir, karena persediaan minuman hampir habis, Nabi mengutus dua sahabat, yaitu Ali bin Abi Thalib dan Imran, untuk mencari sumber air.

Di tengah jalan keduanya bertemu seorang wanita penduduk setempat yang sedang menunggang unta dan membawa dua kantung air. Wanita tersebut memberi tahu bahwa air itu diperoleh pada jarak sehari-semalam perjalanan naik unta. Karena kaum pria dalam sukunya sedang pergi, wanita itu harus pergi sendiri.

Ali dan Imran mengajak wanita tersebut ikut mereka. Wanita itu menanyakan tujuan mereka. Mereka menjawab bahwa mereka akan mengajaknya menemui Nabi Saw.

Wanita itu menukas, “Bukankah dia disebut-sebut pengkhianat agama leluhurnya?”

Ali dan Imran berjanji akan memperkenalkan kepada Nabi Saw dan setelah mengetahui boleh berkomentar. Sampai di tempat Nabi, keduanya menceritakan perihal wanita itu kepada Nabi. Nabi Saw meminta wanita tersebut turun dari Unta dan meminjam kantong airnya.

Cukup Untuk Semuanya

Setelah mendapat izin dari si wanita, Nabi mengambil sejumlah air dari kantong wanita tersebut dan memasukkannya ke dalam kantong air milik beliau. Beliau lalu mengambil sejumlah air dari kantong kemudian mengembalikannya ke kantong air si wanita. Kemudian mengikat erat bagian atas kantong itu.

Para sahabat, yang memerlukan air, antre menadahkan kantong airnya dari kantong milik wanita tadi. Mereka dapat memuaskan dahaga mereka dan juga memberi minum unta mereka.

Walaupun telah digunakan untuk keperluan itu semua, kantong air wanita itu tampak tidak berubah, bahkan lebih penuh daripada sebelumnya. Semua itu terjadi sementara wanita tadi ikut menyaksikannya.

Lantas Nabi meminta para sahabat agar memberikan sesuatu kepada wanita itu sebagai ucapan terima kasih. Para sahabat mengumpulkan kurma, gandum, dan hasil pertanian lainnya, lalu mengikatnya dalam sebuah kantong. Beberapa sahabat lalu membantu wanita itu naik ke punggung unta dan menata muatan yang berisi hasil pertanian itu.

Nabi berkata kepada wanita tadi, “Engkau telah melihat, kami tidak mengurangi airnu, tetapi Allah telah membuat kami minum sepuas-puasnya dengan air itu.”

Balasan Atas Sebuah Kebaikan

Ketika sampai di rumah, wanita itu menyebutkan alasan keterlambatannya, “Betapa menakjubkan! Di perjalanan tadi dua orang lelaki mengajakku menemui orang yang disebut-sebut sebagai pengkhianat agama leluhurnya…” Lalu wanita tersebut menceritakan seluruh kejadian itu dan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat melakukan perbuatan penuh mukjizat seperti itu, jelaslah bahwa dia benar-benar seorang nabiyullah.

Setelah kejadian tersebut, kaum muslimin berhasil mengusir kaum musyrikin yang tinggal di sekitar desa wanita itu, tetapi mereka tidak mengusik suku wanita tadi.

Penduduk desa itu heran, dan wanita itu akhirnya menjelaskan bahwa kebaikan Nabi Saw itu dikarenakan dia pernah menolong Nabi dan para sahabatnya dengan meminjamkan kantong airnya.

“Tidakkah kau lihat betapa baiknya Islam itu?” katanya.

Serentak seluruh suku wanita tadi menjawab dakwah Nabi dengan masuk Islam.

Sumber: Majilis Ta’lim Dzikrullah

Jumat, 28 Januari 2011 

1. Merayu istri dan bercanda dengannya di saat santai berduaan. Nabi Muhammad SAW pun selalu bercanda, tertawa dan merayu para istrinya.

2. Meletakkan tangan di kepala istri dan mendoakannya. Rasulullah SAW bersabda,”Apabila salah seorang kamu menikahi seorang wanita, maka hendaklah ia memegang ubun-ubunnya, dan bacalah “Bismillah” lalu memohon berkahlah kepada Allah SWT, dan hendaklah dia membaca,'(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan sifat yang ada padanya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan dan keburukkan sifat yang ada padanya).” (HR Abu Daud).

3. Disunnahkan bagi kedua mempelai melakukan shalat dua rakaat bersama, karena hal tersebut dinukil dari kaum salaf.

4. Membaca basmallah sebelum melakukan jima’. Rasulullah bersabda,” Kalau sekiranya seorang di antara kamu hendak bersenggama dengan istrinya, terus membaca, (Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, Jauhkanlah setan dari kami dan jauhkan setan dari apa yang Engkau rizqikan kepada kami), maka sesungguhnya jika keduanya dikaruniai anak dari persengamaan itu, niscaya ia tidak akan dibahayakan oleh setan selama-lamanya.”(Mutaffaq alaih).

5. Jika sang suami ingin bersenggama lagi, maka dianjurkan berwudhu terlebih dahulu, karena Rasulullah bersabda,”Apabila salah seorang  kamu telah bersetubuh dengan istrinya, lalu ingin mengulanginya kembali maka hendaklah ia berwudhu”. (HR Muslim).

6. Disunahkan bagi kedua suami istri berwudhu sebelum tidur, sesudah melakukan jima’. karena hadits Aisyah menuturkan, “Adalah Rasulullah SAW apabila beliau hendak makan atau tidur sedangkan ia junub, maka beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.” (Muttafaq alaih).

7. Haram bagi suami menyetubuhi istrinya disaat ia sedang haid atau menyetubuhi duburnya. Rasulullah bersabda,”Barang siapa yang melakukan persetubuhan terhadap wanita haid atau wanita pada duburnya, atau datang kepada dukun (tukang sihir) lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR Al-Arba’ah).

8. Haram bagi suami istri menyebarkan tentang rahasia hubungan keduanya. Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah SWT pada hari kiamat adalah orang lelaki yang berhubungan dengan istrinya (Jima’), kemudian ia menyebarkan rahasianya.” (HR Muslim).

9. Hendaknya masing-masing saling bergaul dengan baik, dan melaksanakan kewajiban masing-masing terhadap yang lain. Allah SWT berfirman yang artinya,” Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut yang ma’ruf.” (Al Baqoroh:228).

10. Hendaknya suami berlaku lembut dan bersikap baik terhadap istrinya dan mengajarkan sesuatu yang dipandang perlu tentang masalah agamanya, serta menekankan apa-apa yang diwajibkan Allah terhadapnya. Rasulullah telah bersabda,”Ingatlah, berpesan baiklah selalu kepada istri, karena sesungguhnya mereka adalah tawanan di sisi kalian…”(HR Turmudzi).

11. Hendaknya istri selalu taat kepada suami sesuai kemampuannya asal bukan dalam hal kemaksiatan, dan hendaknya tidak mematuhi siapapun dari keluarganya bila tidak disukai oleh suami dan bertentangan dengan kehendaknya, dan hendaknya istri tidak menolak ajakan suami bila mengajaknya. Rasulullah SAW bersabda,”Apabila suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu ia tidak memenuhi ajakannya, lalu sang suami tidur dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknat wanita tersebut hingga pagi.” (Muttafaq alaih).

12. Hendaknya suami berlaku adil terhadap istri-istrinya didalam masalah-masalah yang harus bertindak adil. Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa mempunyai dua istri, lalu ia lebih cenderung kepada salah satunya, niscaya ia datang di hari kiamat kelak dalam keadaan sebelah badannya miring.” (HR Abu Daud).

Waallahu ‘Alam.

Jumat, 28 Januari 2011. 07:50 

Khanzab adalah setan pengganggu orang salat. Walhan adalah setan yang menggoda orang yang berwudhu dan membisikinya. Dasim adalah setan yang mengganggu keluarga dan rumah. Abyadh, setan paling buruk dan kuat menggoda para nabi.

Nama-nama Setan

Mujahid berkata, “Di antara keturunan setan adalah Laqnis dan Walhan, keduanya menggoda orang yang bersuci dan sholat. Keduanya digelari dengan al-Hafaf dan Murrah. Zalanbur, Setan yang menggoda di pasar yang  menghiasi hal yang sia-sia, sumpah, dusta dan memuji barang dagangannya. Bathar setan yang menggoda orang yang tertimpa musibah, membisikinya supaya mencakar wajah, memukul pipi, dan merobek kantong bajunya sendiri. Al-‘Awar adalah setan penggoda orang yang berzina dengan menyebarkannya di kelamin laki-laki dan ketuaan pada perempuan.”

Mathus, setan pemilik berita dusta yang disebarkan melalui mulut-mulut manusia yang tidak ada sumbernya. Dasim, yakni bila seorang memasuki rumah tanpa mengucapkan salam dan tidak mengingat Allah, maka dia dapat melihat harta kekayaan seseorang selama belum di angkat atau diperbaiki tempatnya. Bila seseorang makan dan tidak membaca basmallah, maka dia akan makan bersamanya.

Al ‘Amasy berkata,”Ketika aku masuk ke dalam rumah dan tidak menyebut nama Allah SWT, serta tidak bersalam aku melihat api. Aku berkata,”Angkatlah, dan aku berbantahan dengannya. Kemudian aku ingat dan berkata, “Dasim, Dasim, Aku berlindung kepada Allah SWT darinya.”

Ubay bin Kaab meriwayatkan dari Nabi SAW. Beliau bersabda,”Sesungguhnya wudhu itu ada setannya yang bernama Walhan. Maka takutlah kalian semua dari sifat was-was pada air.”Diriwayatkan oleh Tirmidzi.

Muslim meriwayatkan dari Ustman bin Abi Al Ash. Dia berkata,”Ya Rosulullah, setan telah menghalangi antara diriku dan salatku dan tanda-tanda yang ia kenakan padaku.” Rosulullah bersabda,’Itu adalah setan yang di sebut Khanzab. Maka bila engkau merasakannya, berlindunglah kepada Allah darinya, dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali.’ Maka aku melakukan itu dan Allah menghilangkannya dariku.”

Sumber: Hikaya Ash-Shufiyyah, Muhammad Abu Al-Yusr ‘Abidin.

gmbr untaYa Allah…buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab.” Salah satu dari doa Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.

Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan.

Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan  khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.

Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin ‘Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka’ab. Antara beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau “kun-yah” Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua; dan memberi “laqab” (julukan) al Faruq.

Umar bin Khattab masuk Islam

Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.

Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- “Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy.” Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur’an bukan syair), lantas beliau berkata, “Kalau begitu berarti dia itu dukun.” Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur’an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, “Telah terbetik lslam di dalam hatiku.” Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.

Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al ‘Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, “Mau kemana wahai Umar?” Umar bin Khattab menjawab, “Aku ingin membunuh Muhammad.” Lelaki tadi berkata, “Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?” Maka Umar menjawab, “Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu.” Tetapi lelaki tadi menimpali, “Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini.”

Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur’an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, “Kami tidak sedang membicarakan apa-apa.” Umar bin Khattab menimpali, “Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian.” Iparnya menjawab, “wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?”  Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.

Umar bin Khattab berkata, ‘Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.’ Maka adik perempuannya berkata,” Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!” lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.

Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, “Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, ‘Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.’ Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa.” Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, “Ada apa kalian?” Mereka menjawab, ‘Umar (datang)!” Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, “Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya.” Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. “… Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab.” Dan dalam riwayat lain: “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar.”

Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas’ud berkomentar, “Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam.”

Kepemimpinan Umar bin Khattab

Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.

Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.

Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.

Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara. 

Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.

Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”

Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…

Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum’at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.

Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.

Masjid Nabawi, Makam Umar bin Khattab

Wafatnya Umar bin Khattab

Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun

Beliau radhiyallahu ‘anhu termasuk kalangan orang-orang shalih, sekaligus salah satu dari sahabat utama yang dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, imam yang utama dari sejumlah sahabat yang lainnya.

Beliau telah menghabiskan hidup dan segenap jiwa raganya, harta kekayaannya serta waktunya untuk diinfakkan dan berjihad di jalan Allah. Termasuk memberikan pelayanan dalam dakwah dan penyampaian wahyu.

Dialah sahabat Abu Bakar yang nama lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah Al Qurasyi At Tamimi yang terkenal dengan sebutan Abu Bakar Asy Syiddiq.

Beliau sangat mudah mencucurkan air mata saat membaca Al Quran dalam shalatnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengalaman hidup beliau bersama Al Quran. Sehingga beliau tidak mampu menahan perasaannya dari kejadian kejadian yang pernah dialaminya ketika membaca Al Quran.

Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Mereka melalui Abu Bakar yang sedang shalat bersama dengan yang lainnya.” Aisyah menuturkan, Saya pun berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Wahai Rasulullah, sesungguhnyaAbu Bakar adalah seorang laki laki yang lembut hatinya, apabila telah membaca Al Quran beliau tidak mampu menahan cucuran air mata dari keduanya.” (HR Muslim)

Adapun kekhusyukan beliau serta tangisan beliau di dalam shalat, benar-benar berpengaruh besar kepada orang-orang di sekelilingnya.Hal ini menyebabkan orang-orang Quraisy yang menguasai Mekah pada waktu itu mengajukan sejumlah syarat kepada beliau ketika beliau menunaikan shalat.

Akhirnya kaum kafir Quraisy menemui Ibnu Ad Daghinah yang saat itu memberikan jaminan keamana kepada Abu BakarAsh Shiddiq. Mereka berkata kepadanya, “Wahai Ibnu Ad Daghinah, suruhlah Abu Bakar untuk beribadah kepada Rabbnya di rumahnya, hendaklah dia shalat dan membaca apa yang dia kehendaki dan janganlah dia menyakiti kami. Sesungguhnya kami khawatir perkara itu menjadi fitnah bagi anak dan istri kami.”

Ibnu Ad Daghinah pun mengatakan hal itu kepada Abu Bakar, sehingga beliau mulai beribadah kepada Allah di rumahnya, dengan tidak mengeraskan shalatnya begitupun dengan bacaannya.

Kemudian Abu Bakar mulai membangun sebuah masjid di halaman rumahnya, beliau shalat dan membaca Al Quran di masjid itu. Pada saat itu, berkumpullah istri-istri dari kalangan orang musyrik dan anak-anak mereka, mereka begitu kagum akan shalat yang didirikan Abu Bakar dengan terus memperhatikannya. Abu Bakar adalah seorang laki laki yang sering menangis, beliau tidak bisa menahan air matanya ketika membaca AL Quran (Kisah ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Ibnu Hiban)

Sahl bin Sa’d dia berkata, “Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tidak pernah melirik ketika dalam shalat.” (Fadhail Ash Shahabat I/208, Imam Ahmad)

Mujahis menuturkan, “Keadaan Ibnu Az Zubair ketika dia berdiri menunaikan shalat, seperti sebuah kayu yang kokoh (tidak bergerak).” Dikisahkan pula bahwa Abu Bakar pun seperti itu ketika shalat. Abdurrazaq berkata, “Penduduk Mekah menuturkan bahwa Ibnu Zubair mencontohshalat dari Abu Bakar, dan Abu Bakar mencontohnya dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Fadhail Ash Shahabat I/208, Imam Ahmad)